Masih seputar Linguistik, kali ini Ralf akan memposting Cabang - cabang Linguistik yaitu Semantik, Pragmatik, dan . Makalah ini telah Ralf susun sebaik mungkin, namun karena kelalaian. Ralf nggak jadi mempresentasikannya. jadi untuk mengobati rasa kekecewaan Ralf. Ralf akan membagikan makalah Cabang Linguistik ini.
BAB
1
PENDAHULUAN
A
Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu alat atau
media yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari – hari,
oleh karena itu manusia tidak bisa terlepas dari bahasa itu sendiri, banyak
sekali upaya yang dilakukan manusia untuk mengembangkan bahasa . Kemudian orang
– orang menyebut bahasa itu sebagai linguistik atau ilmu yang mempelajari
tentang bahasa.
Seperti halnya sebuah pohon yang tumbuh,
akan ditumbuhi cabang kemudian ditumbuhi lagi ranting, begitu pula linguistik,
ketika kata linguistik mulai dikenal sebagai ilmu bahasa, orang – orang
kemudian mengkajinya lagi menjadi beberapa cabang linguistik, lalu dalam cabang
tersebut masih terdapat bagian – bagiannya.Cabang – cabang linguistik yang
disusun oleh para tokoh berguna untuk mempersempit kajian – kajian linguistik
itu sendiri.
B
Tujuan
Makalah
ini disusun untuk lebih memahami cabang – cabang linguistik yang berkaitan
dengan semantik, pragmatik, dan leksikologi
C
Rumusan Masalah
1. Apakah
itu semantik, pragmatik dan leksikologi ?
2. Apa
saja bagian cabang – cabang linguistik tersebut ?
1
|
BAB
II
CABANG – CABANG LINGUISTIK
A. Semantik
Kata semantik
dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa yunani sema ( kata benda yang
berarti “ tanda “ atau “ lambang “. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang.
disini sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik, seperti yang
dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure (1966),
yaitu yang terdiri dari (1) komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk –
bentuk bunyi bahasa dan (2) komponen yang diartikan atau makna dari komponen
yang pertama.
Kata
semantik kemudian disepakati sebagai
istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan tanda
– tanda linguistik, dengan kata lain semantik adalah cabang linguistik yang
mempelajari makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis
representasi lain.
1.
Hakikat makna
Banyak
teori tentang makna telah dikemukakan para tokoh. Salah satu teori tentang
makna dicetuskan oleh Ferdinand de Saussure . menurut teori yang dikembangkan
Ferdinand de Saussure bahwa makna adalah
pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda
linguistik.
2. Jenis
makna
Bahasa
merupakan suatu alat yang digunakan untuk berbagai keperluan dalam
kehidupan sehari – hari, maka makna
bahasa itu pun bermacam – macam jika dilihat dari segi pandangan yang berbeda.
Adapun beberapa makna tersebut sebagai berikut :
2
|
a.
Leksikal
Makna
leksikal adalah makna yang sesuai hasil
observasi indra kita atau makna apa adanya. Makna Leksikal sering kali disebut
makna yang ada dalam kamus.
Contoh :
·
kuda memiliki makna leksikal sejenis
binatang berkaki empat yang bisa dikendarai.
·
Air memiliki makna leksikal sejenis
barang cair yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari – hari
b.
Gramatikal
Makna
gramatikal adalah makna yang terjadi apabila ada proses gramatikal.
Contoh:
· adik
menendang bola melahirkan makna gramatikal. Adik bermakna ‘pelaku’, menendang
bermakna ‘aktif’, dan bola bermakna ‘sasaran’
c.
Kontekstual
Makna
kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu
konteks
Contoh : perhatikan
konteks kata kepala pada kalimat – kalimat berikut.
·
Rambut di kepala nenek belum ada yang putih.
·
Sebagai kepala sekolah ia harus menegur muridnya
·
Beras kepala harganya mahal
Makna
dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu, dan lingkungan
penggunaan bahasa itu.
d.
Referensial dan nonreferensial
Perbedaan
makna referensial dan makna nonreferensial berdasarkan ada tidaknya referen(
acuan) dari kata – kata itu. Bila kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu
diluar bahasa yang diacu oleh kata itu, maka kata itu disebut bermakna
referensial. Kalau kata itu tidak mempunyai referen maka kata itu disebut
nonreferensial.
Contoh :
·
Kata meja dan kursi termasuk kata
referensial karena keduanya memiliki referen, yaitu sejenis perabot rumah
tangga. Sebaliknya,
·
Kata karena dan tetapi tidak mempunyai
referen, jadi kata tersebut bermakna nonreferensial.
e.
Denotatif
Makna
denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki
oleh sebuah leksem. Jadi makna denotatif sebenarnya sama makna leksikal.
Contoh : Kata rombongan
bermakna denotatif sekumpulan orang yang mengelompok menjadi satu kesatuan.
f.
Konotatif
Makna
konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif yang
berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang
menggunakan kata tersebut.
Contoh :
·
kata babi pada orang yang beragama
islam mempunyai makan konotasi yang negatif.
g.
Konseptual
Makna
konseptual adalah makna yang dimilki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks
atau asosiasi apapun.
Contoh :
kuda memiliki makna konseptual ‘ sejenis binatang berkaki
empat yang biasa dikendarai. Sesungguhnya makna konseptual sama saja dengan
makna leksikal, makna denotatif, dan makna referensial.
h.
Asosiatif
Makna
asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan
adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada diluar bahasa.
Contoh
:
·
Merah bermakna asosiatif dengan ‘berani’.
·
Buaya bermakna asosiatif dengan ‘jahat’.
i.
Idiom
Makna
Idiom adalah satu ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna unsur
– unsurnya, baik leksikal maupun gramatikal.
Contoh :
Menjual
gigi tidaklah memiliki makna seperti gramatikal maupun leksikal, melainkan
menjual gigi yaitu ‘ tertawa terbahak – bahak’.
j.
Pribahasa
Makna
Pribahasa adalah kebalikan dari idiom, pribahasa masih bisa ditelusuri atau dilacak dari makna unsur – unsurnya
karena adanya ‘asosiatif’ antara makna asli dengan maknanya sebagai pribahasa.
Contoh
:
‘Seperti anjing dan
kucing’ bermakna bagai 2 orang yang tidak pernah akur.
3.
Relasi makna
Relasi
makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu
dengan satuan bahasa lainnya. Dalam pembicaraan tentang relasi makna ini
biasanya dibicarakan masalah masalah yang disebut sinonim, antonim, polisemi,
homonimi, hiponimi, ambiguiti, dan redundansi.
a. Sinonim
Sinonim
atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna
antara satu satuan ujaran dengan ujaran lainnya.
Contoh : antara betul
dan benar
b. Antonim
Antonim
atau antonimi adalah hubungan semantik antara duah buah ujaran yang maknanya
menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang
lain.
Contoh : ‘baik
berantonim buruk’
c. Polisemi
Polisemi
adalah sebuah kata satuan yang mempunyai makna lebih dari satu. Misal kata
kepala memiliki makna polisemi yang beragam
Contoh :
·
Kepalanya luka karena pecahan kaca
·
Kepala desa itu adalah paman saya
·
Kepala surat itu biasanya berisi nama
dan alamat kantor.
d. Homonimi
Homonimi
adalah dua buah kata yang merupakan satu ujaran yang “ kebetulan “ sama, tapi
memiliki makna yang berbeda.
Contoh :
·
Bisa yang berarti racun dan bisa yang berarti sanggup
·
tahu yang bisa berarti mengerti dan tahu yang bisa berarti makanan dari kedelai
e. Ambigu
Ambigu
adalah gejala yang dapat terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal
yang berbeda.
Contoh : buku sejarah
baru.
Judul tersebut dapat
ditafsirkan sebagai buku sejarah yang baru terbit, atau buku yang memuat
sejarah baru.
f. Redundansi
Redundansi
adalah berlebih – lebihannya unsur segmental
dala suatu bentuk ujaran.
Contoh :
·
Mita memakai rok hitam.
·
Mita berok hitam.
Kedua
kalimat diatas memiliki makna yang sama. Pada kalimat pertama itulah yang
kemudian disebut redundans, berlebih – lebihan dalam memakai kata.
4.
Perubahan Makna
secara sinkronis makna sebuah kata atau
leksem tidak akan berubah tetapi secara diakronis ada kemungkinan dapat
berubah. Artinya. Dalam waktu relatif singkat, makna sebuah kata akan tetap
sama, tidak berubah, tetapi dalam waktu yang relatif lama ada kemungkinan makna
sebuah kata akan berubah. Adapun perubahan tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor.
a.
Perkembangan dalam bidang ilmu dan
teknologi.
Adanya
perkembangan konsep keilmuan dan teknologi dapat menyebabkan sebuah kata yang
mulanya bermakna A menjadi B.
Contoh : sastra pada
mulanya bermakna bacaan kemudian berubah mnjadi buku, lalu berubah lagi menjadi
tulisan, huruf.
b.
Perkembangan sosial budaya
Perkembangan
dalam masyarakat berkenaan dengan sikap sosial dan budaya, juga menyebabkan
terjadinya perubahan makna.
Contoh : kata saudara
pada mulanya berarti seperut, tapi sekarang digunakan juga sebagai orang lain
sebagai sapaan yang diperkirakan sederajat.
c.
Perkembangan pemakaian kata
Setiap
bidang keilmuan biasanya memiliki sejumlah kosakata yang berkenaan dengan
bidangnya.
Contoh : dulu menggarap
hanya digunakan di bidang pertanian saja
tapi sekarang kata menggarap juga memiliki makna yang berbeda misalnya
pada kata menggarap skripsi.
d.
Pertukaran tanggapan Indra.
Alat
indra yang kita miliki mempunyai fungsi masing – masing untuk menangkap gejala
– gejala yang terjadi dimuka bumi ini. Namun banyak sekalipemakaian bahasa yang
terjadi pada alat indra.
Contoh : “perkataannya
sangatlah pedas”, kata pedas berarti rasa
panas yang terasa di lidah, namun kata pedas pada kalimat tersebut ditangkap oleh telinga
dalam artian pedas berarti perkataan yang
menyakitkan.
5. Medan
makna dan komponen Makna
a.
Medan makna adalah seperangkat unsur
leksikal yang maknanya saling
berhubungan karena menggambarkan bagian
dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu.
Contoh : medan warna
dalam bahasa indonesia seperti merah, kuning, hijau, biru, abu – abu, coklat,
putih, hitam.
b.
Komponen makna adalah adalah setiap
kata, leksem atau butir leksikal tentu
mempunyai makna.
Contoh : kata ayah
memiliki komponen makna / manusia/dewasa/jantan/kawin/ dan punya anak/
B.
Pragmatik
Pragmatik adalah bidang
linguistik yang mengkaji bahasa dari sudut pandang ujaran pembicara. Pragmatik
dapat dibagi yang terdiri atas:
1. Pragmalinguistik
Pragmalinguistik
adalah telaah mengenai kondisi-kondisi umum penggunaan komunikatif bahasa.
Pragmalinguistik dapat diterapkan pada telaah pragmatik yang bertujuan mengarah
pada tujuan linguistik, dimana kita mempertimbangkan sumber-sumber khusus yang
disediakan oleh suatu bahasa untuk menyampaikan ilokusi-ilokusi tertentu.
Ilokusi adalah cara melakukan sesuatu tindakan dalam mengatakan sesuatu.
Pragmalinguistik mempunyai hubungan erat dengan tata bahasa.
2. Sosiopragmatik
Sosiopragmatik
adalah telaah mengenai kondisi setempat atau kondisi lokal yang lebih khusus
mengenai penggunaan bahasa. Dalam masyarakat setempat lebih khusus terlihat
bahwa prinsip kerjasama dan prinsip kesopansantunan berlangsung secara
berubah-ubah dalam kebudayaan yang berbeda, dalam situasi sosial yang berbeda,
di antara kelas-kelas sosial yang berbeda. Dengan kata lain, sosiopragmatik
merupakan tapal batas sosiologis pragmatik. Jadi jelas betapa berat hubungan
antara sosiopragmatik dengan sosiologi.
a. Batasan
Pragmatik
Pragmatik menelaah
keseluruhan perilaku insan, terutama dalam hubungannya dengan tanda-tanda dan
lambang-lambang. Pragmatik memusatkan perhatian pada cara insan berperilaku
dalam keseluruhan situasi pemberian dan penerimaan tanda. (George, 1964: 31-8).
Pragmatik adalah telaah
mengenai hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatisasikan atau
disandikan dalam struktur suatu bahasa.
Pragmatik membahas
segala aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara tuntas oleh
referensi langsung pada kondisi-kondisi kebenaran kalimat yang diucapkan.
Pragmatik adalah telaah
mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta penyerasian
kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat. (Levinson, 1980;1-72).
Telaah mengenai
bagaimana cara kita melakukan sesuatu dengan memanfaatkan kalimat-kalimat
adalah telaah mengenai tindak ujar (speech
acts). Teori tindak ujar bertujuan mengutarakan dan mengemukakan pertanyaan
padahal yang dimaksud adalah menyuruh atau mengatakan sesuatu hal dengan intonasi
khusus (sarkastis) padahal yang dimaksud justru sebaliknya.
Contohnya
: Dapatkah Anda menaruh gula sedikit lagi
ke dalam gelas ini = Taruh gula ke gelas ini!
Aneka
Aspek Situasi Ujaran
1.
Pembicara/Penulis dan Penyimak/Pembaca
2.
Konteks Ujaran
3.
Tujuan Ujaran
4.
Tindak Ilokusi
5.
Ucapan sebagai Produk Tindak Verbal
C.
Leksikologi
Istilah
leksikon dalam ilmu linguistik berarti
pembendaharaan kata. Kata itu sendiri sering disebut leksem. Adapun cabang linguistik yang
beurusan dengan leksikon itu disebut leksikologi. Istilah ini agak jarang
dipakai, karena urusan utama para ahli leksikologi adalah penyusunan kamus.
Setiap
bahasa mempunyai pembendaharaan kata yang cukup besar meliputi puluhan ribu kata,
setiap kata mempunyai makna atau arti sendiri sendiri, dan urusan
leksikografi tidak lain adalah pemerian
arti masing – masing leksem .misalnya kata
lupa : rupa. Satu – satunya
perbedaan di antaranya ialah perbedaan antara /l/ dan /r/, jadi jelas tugas
kedua fonem itu adalah membedakan leksem
– leksemnya.
BAB III PENUTUP
A
Kesimpulan
Semantik
adalah cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu
bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dimana menurut teori yang
dikembangkan Ferdinand de Saussure bahwa
makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuah
tanda linguistik. Dalam kehidupan sehari
– hari kita bahasa sering digunakan untuk berbagai keperluan, maka makna bahasa
itu pun bermacam – macam jika dilihat dari segi pandangan yang berbeda. Adapun
beberapa makna tersebut sebagai berikut : Leksikal, Gramatikal, Kontekstual, Referensial
dan nonreferensial, Denotatif, Konotatif, Konseptual, Asosiatif, Idiom, Pribahasa,
Adapun
relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang
satu dengan satuan bahasa lainnya. Dalam pembicaraan tentang relasi makna ini
biasanya dibicarakan masalah masalah yang disebut sinonim, antonim, polisemi,
homonimi, hiponimi, ambiguiti, dan redundansi.
B
Saran
Dalam
kehidupan sehari – hari kita tak bisa terlepas dari bidang linguistik, karena
linguistik selalu membahas tentang bahasa. Untuk memahami bagaimana pengunaan
bahasa yang baik sesuai situasi dan kondisi, maka kita perlu mengetahui dan
memahami apa saja cabang – cabang linguistik itu sendiri, agar kiranya saat
kita menggunakan bahasa tidak terjadi kekeliruan.
12
|
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Semantik Bahasa
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta (Edisi Revisi)
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik umum.
Jakarta. Rineka Cipta
Verhaar, J.
W. M, 2008. Asas – Asas Linguistik.Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Guntur,
Henry, Prof. Dr.1984. Pengajaran
Pragmatik. Bandung: Angkasa Bandung
4 komentar:
terima kasih artikel.
kunjungi http://ortograf28.blogspot.com/2014/11/pengertian-linguistik-dan-cabang-cabang.html
lengkap pembagian linguistik, cabang linguistik, dan juga penjabarannya
.
salam berbagi.
sangat bermanfaat gan...bisa digunakan sebagai referensi untuk mengerjakan tugas-tugas...jangan lupa kunjungi balik di sini ,,terima kasih
sangat bermanfaat gan...bisa digunakan sebagai referensi untuk mengerjakan tugas-tugas...jangan lupa kunjungi balik di sini ,,terima kasih
Posting Komentar